MAKNA NAK MULE KETO

Nak mula keto..atau terjemahannya dalam bahasa Indonesia sudah dari dulu begitu, merupakan kata-kata yang lazim diucapkan oleh orang-orang tua di Bali kalau ada anak atau cucunya bertanya mengenai “kenapa” atau “mengapa” atau “bagaimana” sehubungan dengan tradisi, kepercayaan dan adat istiadat. Semisal dialognya seperti ini :



“Nek, kenapa kok kita menghaturkan buah ke Hyang Widhi. Bukankah Hyang Widhi yang menciptakan buah-buahan?”

Nah, Si Nenek yang mungkin terpojok dan tidak bisa menjawab pertanyaan si cucu, biasanya akan menjawab seperti ini,”Nak mula keto….”. Aha!


Frasa “nak mula keto” seperti sudah lazim menjadi amunisi terakhir yang digunakan kalau sudah kehabisan jawaban. Apalagi kalau menyangkut keyakinan yang susah dicarikan jawaban rasionalnya. Pokoknya, harus yakin deh! Udah dari dulu seperti itu. Terima aja.



Kepercayaan, tradisi dan rentetannya diturunkan sedemikian rupa, diwariskan kepada anak-cucu tanpa perlu dipertanyakan lagi. Dari baru lahir anak-anak Bali sudah memanggul tradisi di pundaknya. Kewajiban itu dijalankan turun temurun seperti sudah menjadi garis takdir. Prinsip dan pemikiran-pemikiran mengenai keyakinan mesti diterima begitu saja. Tanpa perlu dipertanyakan lagi. Ini yang disebut sebagai “gugon tuwon” atau dipercaya begitu saja, karena sudah demikian adanya. 

Gugon tuwon pada zaman sekarang ini sudah semakin terkikis. Hal ini karena kemajuan pendidikan sehingga daya nalar anak-anak generasi baru di Bali sudah semakin kritis. Tetapi angkatan orang tua yang dibesarkan dalam tradisi gugon tuwon, masih kerap memakai kata-kata “nak mula keto” sebagai senjata pamungkas untuk menangkis segala rentetetan pertanyaan dari anak cucunya. 

Satu hal yang menarik disimak dari cara berpikir orang Bali yang sangat patuh dan menerima dengan keyakinan penuh segala bentuk tradisi yang melingkari hidup ini, bahwa secara umum masyarakat Bali masih besar keinginannya menjalankan tradisi dengan penuh keiklasan tanpa pertanyaan atau sanggahan. Semuanya dilakukan dengan ridha, nrimo dan kerelaan. Nilai-nilai luhur ini patut diacungi jempol karena dengan pola pikir seperti inilah tradisi ini akhirnya masih bisa lestari hingga sekarang ini. 

Tetapi di sisi lain, keridhaan ini semestinya juga dibarengi dengan sikap kritis karena tradisi sudah selayaknya bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman. Sehingga, para kaum muda Bali tidaklah salah jika banyak-banyak bertanya dan berpikir kritis. Untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan kritis seputar adat, tradisi dan keyakinan ini, pihak orang tua pun selayaknya menjawab dengan bijaksana dan tidak langsung mematikan kreativitas dan daya nalar anak-anak muda dengan sekedar jawaban “nak mula keto…”.

Fakta mengenai Industri dan bisnis Rokok di Indonesia, Penetrasi Rokok dalam masyarakat Indonesia.



Mari Kita Sebagai Generasi Muda Bersama-Sama Bebaskan Negara Kita dari Bahaya Rokok.

" Merokok dapat menyebabkan kanker, gangguan jantung dan impotensi, kehamilan, janin, Dll"

Data Alumni

Form Database Unikahidha