Sabda Gita Tentang Kehidupan

 

Hidup adalah sebuah TANTANGAN, HADAPILAH.
Hidup adalah sebuah ANUGERAH, TERIMALAH.
Hidup adalah sebuah PETUALANGAN, BERJUANGLAH.
Hidup adalah sebuah DUKA CITA, TANGGULANGILAH.
Hidup adalah sebuah TRAGEDI, TUNTASKANLAH.
Hidup adalah sebuah TUGAS, LAKSANAKANLAH.
Hidup adalah sebuah PERMAINAN, MAINKANLAH.
Hidup adalah sebuah MISTERI, SINGKAPLAH.
Hidup adalah sebuah LAGU, NYANYIKANLAH.
Hidup adalah sebuah KESEMPATAN, AMBILLAH.
Hidup adalah sebuah PERJALANAN, JALANILAH.
Hidup adalah sebuah JANJI, PENUHILAH.
Hidup adalah sebuah KASIH SAYANG, BERGEMBIRALAH.
Hidup adalah sebuah KEINDAHAN, BERSYUKURLAH.
Hidup adalah sebuah PERJUANGAN, BERTARUNGLAH.
Hidup adalah sebuah JIWA, SADARILAH.
Hidup adalah sebuah TEKA - TEKI, PECAHKANLAH.
Hidup adalah sebuah CITA - CITA, CAPAILAH.


Makna Perayaan Hari Raya Siwa Ratri

Oleh I Ketut Budaraga
Perayaan Siwa Ratri adalah salah satu bentuk ritual Hindu yang mengajarkan kita untuk selalu memelihara kesadaran diri agar terhindar dari perbuatan dosa dan papa. Diakui atau tidak, manusia sering lupa, karena memiliki keterbatasan. Kerena sering mengalami lupa itu, maka setiap tahun pada sasih kepitu (bulan ketujuh menurut penanggalan Bali), dilangsungkan upacara Siwa Ratri dengan inti perayaan malam pejagraan. Pejagraan yang asal katanya jagra itu artinya sadar, eling atau melek. Orang yang selalu jagralah yang dapat menghindar dari perbuatan dosa.

Dalam Bhagavadgita III, 42, dinyatakan, orang akan memiliki alam pikiran jernih, apabila atman atau jiwa yang suci itu selalu menyinari budhi atau alam kesadaran. Budhi (kesadaran) itu menguasai manah (pikiran). Manah menguasai indria. Kondisi alam pikiran yang struktural dan ideal seperti itu amat sulit didapat. Ia harus selalu diupayakan dengan membangkitkan kepercayaan pada Tuhan sebagai pembasmi kegelapan jiwa. Siwa Ratri (Ratri juga sering ditulis Latri) adalah malam untuk memusatkan pikiran pada Sanghyang Siwa guna mendapatkan kesadaran agar terhindar dari pikiran yang gelap. Karena itu, Siwa Ratri lebih tepat jika disebut ”malam kesadaran” atau ”malam pejagraan”, bukan ”malam penebusan dosa” sebagaimana sering diartikan oleh orang yang masih belum mendalami agama.

Memang, orang yang selalu sadar akan hakikat kehidupan ini, selalu terhindar dari perbuatan dosa. Orang bisa memiliki kesadaran, karena kekuatan budhinya (yang menjadi salah satu unsur alam pikiran) yang disebut citta. Melakukan brata Siwa Ratri pada hakikatnya menguatkan unsur budhi. Dengan memusatkan budhi tersebut pada kekuatan dan kesucian Siwa sebagai salah satu aspek atau manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa, kita melebur kegelapan yang menghalangi budhi dan menerima sinar suci Tuhan. Jika budhi selalu mendapat sinar suci Tuhan, maka budhi akan menguatkan pikiran atau manah sehingga dapat mengendalikan indria atau Tri Guna.

Siwa Ratri pada hakikatnya kegiatan Namasmaranâm pada Siwa. Namasmaranâm artinya selalu mengingat dan memuja nama Tuhan yang jika dihubungankan dengan Siwa Ratri adalah nama Siwa. Nama Siwa memiliki kekuatan untuk melenyapkan segala kegelapan batin. Jika kegelapan itu mendapat sinar dari Hyang Siwa, maka lahirlah kesadaran budhi yang sangat dibutuhkan setiap saat dalam hidup ini. Dengan demikian, upacara Siwa Ratri sesungguhnya tidak harus dilakukan setiap tahun, melainkan bisa dilaksanakan setiap bulan sekali, yaitu tiap menjelang tilem atau bulan mati. Sedangkan menjelang tilem kepitu (tilem yang paling gelap) dilangsungkan upacara yang disebut Maha Siwa Ratri.

Untuk dapat mencapai kesadaran, kita bisa menyucikan diri dengan melakukan sanca. Dalam Lontar Wraspati Tattwa disebutkan, Sanca ngaranya netya majapa maradina sarira. Sanca itu artinya melakukan japa dan membersihkan tubuh. Sedang kitab Sarasamuscaya menyebutkan, Dhyana ngaranya ikang Siwasmarana, artinya, dhyana namanya (bila) selalu mengingat Hyang Siwa.

Di India, setiap menjelang bulan mati (setiap bulan) umat Hindu menyelenggarakan Siwa Ratri dan tiap tahun merayakan Maha Siwa Ratri. Keutamaan brata Siwa Ratri banyak diuraikan dalam pustaka berbahasa Sanskerta, Jawa Kuno dan Bali. Ini suatu pertanda, bah-wa Siwa Ratri dari sejak dahulu sudah dirayakan baik oleh umat Hindu di India, maupun di Jawa dan Bali. Dalam kepustakaan Sanskerta, keutamaan brata Siwa Ratri diuraikan dalam kitabkitab Purana, misalnya Siwa Purana, Skanda Purana, Garuda Purana dan Padma Purana. Siwa Purana, pada bagian Jñana Samhita memaparkan keutamaan brata Siwa Ratri dan tata-cara merayakan malam suci terbut. Di situ ada dimuat tentang dialog antara seseorang bernama Suta dan para rsi. Dalam percakapan tersebut, dikisahkanl seseorang yang kejam bernama Rurudruha. Ia menjadi sadar akan dosa-dosa yang telah diperbuat setelah melakukan brata Siwa Ratri. Berkat bangkitnya kesadarannya, ia tinggalkan semua perbuatan dosa, lalu dengan mantap berjalan di jalan dharma.

Di antara berbagai brata, mengunjungi tempat suci, memberi dana punya yang mahal seperti batu mulia (emas dan permata), melakukan berbagai jenis upacara Yajña, berbagai jenis tapa dan melakukan berbagai kegiatan Japa atau mantra untuk memuja keagungan-Nya,semuanya itu tidak ada yang melebih keutamaan brata Sivaratri.

Sejalan dengan pernyataan di atas, kakawin Sivaratri Kalpa menyatakan keutamaan Brata Sivaratri seperti diwedarkan oleh Sang Hyang Siva sebagai berikut:

”Setelah seseorang mampu melaksanakan Brata sebagai yang telah Aku ajarkan, kalahlah pahala dari semua upacara Yajña, melakukan tapa dan dana punya demikian pula menyucikan diri ke tempat-tempat suci, pada awal penjelmaan, walaupun seribu bahkan sejuta kali menikmati Pataka (pahala dosa dan papa), tetapi dengan pahala Brata Sivaratri ini, semua Pataka itu lenyap”.

”Walaupun benar-benar sangat jahat, melakukan perbuatan kotor, menyakiti kebaikan hati orang lain, membunuh pandita (orang suci) juga membunuh orang yang tidak bersalah, congkak dan tidak hormat kepada guru, membunuh bayi dalam kandungan+ seluruh kepapaan itu akan lenyap dengan melakukan Brata Sivaratri yang utama, demikianlah keutamaan dan ketinggian Brata (Sivaratri) yang Aku sabdakan ini” (Sivaratri kalpa, 37, 7-8)*

Sumber Sastra itihasa Dalam Itihasa, Sivaratri terdapat dalam Mahabharata, yaitu pada Santi Parva, dalam episode ketika Bhisma sedang berbaring di atas anak-anak panahnya Arjuna, menunggu kematian, sambil membahas dharma, mengacu kepada perayaan Maha Sivaratri oleh raja Citrabhanu, raja Jambudvipa dari dinasti Iksvaku. Raja Citrabhanu bersama istrinya melakukan upavasa pada hari Maha Sivaratri. Rsi Astavakra bertanya:

“Wahai sang raja, mengapa kalian berdua melakukan upavasa pada hari ini? Sang raja dianugerahi ingatan akan punarbhawa sebelumnya, lalu ia menjelaskan kepada sang rsi.

“Dalam kehidupanku terdahulu aku adalah seorang pemburu di Varanasi yang bernama Susvara. Kebiasaanku adalah membunuh dan menjual burung-burung dan binatang lainnya. Suatu hari aku berburu ke hutan, aku menangkap seekor kijang, namun hari keburu gelap. Aku tidak bisa pulang, kijang itu kuikat di sebatang pohon. Lalu aku naik sebatang pohon bilva. Karena aku lapar dan haus, aku tidak dapat tidur. Aku teringat anak istriku yang malang di rumah, menungguku pulang dengan rasa lapar dan gelisah. Untuk melewatkan malam aku memetik daun bilva dan menjatuhkannya ke tanah.” Kisah selanjutnya mirip dengan kisah Lubdaka di Indonesia.

Purana
Sivaratri juga dimuat dalam purana-purana, yang umumnya berisi kisah-kisah pemburu yang sadar, seperti berikut:

Pertama, Siva Purana (bagian Jnanasamhita). Pada bagian ini memuat percakapan antara Suta dengan para rsi, menguraikan pentingnya upacara Sivaratri. Seseorang bernama Rurudruha seperti telah disinggung di atas.

Kedua, Skanda Purana (bagian Kedarakanda). Pada bagian Kedarakanda antara lain memuat percakapan antara Lomasa dengan para rsi. Lomasa menceritakan kepada para rsi tentang si Canda yang jahat, pembunuh segala mahluk, sampai membunuh brahmana, akhirnya dapat mengerti dan menghayati apa yang disebut ”kebenaran” Dalam Skanda Purana juga diceritakan kisah seorang pemburu yang identik dengan kisah pemburu dalam Santi Parva.

Ketiga, Garuda Purana (bagian Acarakanda). Bagian ini memuat uraian singkat tentang Sivaratri diceritakan bahwa Parvati bertanya tentang brata yang terpenting. Siva menguraikan tentang pelaksanaan vrata Sivaratri. Seorang raja bernama Sudarasenaka pergi berburu ke hutan bersama seekor anjing. Rangkaian kisah inipun tidak berbeda dengan kisah pemburu di atas.

Keempat, Padma Purana (bagian Uttarakanda). Bagian ini memuat percakapan raja Dilipa denganWasista. Wasista menceritakan bahwa Sivaratri adalah vrata yang sangat utama, antara bulan Magha dan Palghuna. Dalam Padma Purana, pemburu itu bernama Nisadha. Berkat vrata Sivaratri yang dilakukannya berhasil membawanya ke Siva loka.

Penulis adalah ketua PHDI
Provinsi Sumatra Barat.

Redaksi.
* Jika dibaca secara literal paragraph di atas ini memberi kesan betapa mudahnya menebus dosa, termasuk dosa berat, seperti membunuh. Teks seperti ini harus ditafsirkan agar sesuai dengan filosofi hukum karma. Tanpa itu, upaya untuk membangun manusia bermoral dan bertanggung jawab atas tindakannya akan gagal. Seperti yang kita lihat sekarang di negara kita: ritual agama begitu semarak, gairah beragama begitu tinggi, sering diwarnai konflik fisik, tetapi moral bangsa kita tertinggal jauh dari moral bangsa-bangsa yang kita anggap sekuler.
 
 
Sumber : Mediahindu

Resapilah







Aku Peduli

sepucuk surat dari ibu dan ayah (HD)

Mari Tolak Sensor Internet (SOPA dan PIPA)

Waduh,,waduuhhh..mendadak panik ketika seorang teman share tentang UU Sensor Internet.. Bagaimana mungkin ini bisa dilakukan negara adikuasa itu ..

Hubungannya dengan kita besar sekali, karena sebagian besar server berpusat di Amerika. RUU SOPA (Stop Online Piracy Act) and PIPA (Protect IP Act) bila disahkan menjadi UU, akan membuat situs-situs yang memuat hal hal dianggap melanggar hak cipta diblokir. Pelakunya dikenakan denda meskipun belum diputuskan bersalah oleh pengadilan (komentar teman fb distatus teman)
Membaca komentar tersebut mendadak aku cari berita terkait, ternyata sudah ada situs yang melakukan aksi menentang RUU SOPA dan PIPA , jika anda masuk ke situs Wikipidea maka hanya ada lembar hitam sebagai simbol blackout day agar RUU ini ditolak. Nah apa yang bisa kita lakukan sebagai penikmat dunia maya ???
13268687691234428950
Blackout day Wikipidea
Kita pun bisa ikut melakukan gerakan menolak RUU ini melalui mengirimkan petisi sebagai bentuk penolakan terhadap RUU ini, mudah caranya kirimkan petisi anda sebelum 24 Januari 2012, caranya :
1. Masuk ke situs Americancensorship.org
2. Scroll down/geser ke bawah ke tulisan: NOT IN THE US? PETITION THE STATE DEPARTMENT
3. Isi dengan alamat email kalian.
4. Lalu klik tanda SIGN THE PETITION
5. Selesai.
1326868862217832592
Segera kirimkan petisi mu
Ayo segera kirim petisi mu dan ajak teman-teman yang lainnya menolak RUU ini…
 
Sumber : Kompasiana

History of Unikahidha

Unit Aktivitas Kerohanian Hindu Dharma Universitas Brawijaya yang biasa dikenal dengan nama UNIKAHIDHA, merupakan organisasi kemahasiswaan hindu yang sudah ada sejak jaman bahula. Dengan semakin berkembangnya populasi Hindu di brawijaya so semakin dirasakan perlunya suatu wadah yang dapat menaunginya. Dari dasar pemikiran itulah, maka terbentuklah organisasi ini. Awal terbentuknya, organisasi ini diberi nama KMHD atau Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma. Pada tahun 1989 namanya diganti menjadi UNIKAHIDHA. Tidak Banyak prasasti maupun lontar – lontar yang memuat kedaan Unikahidha pada waktu itu. Bahkan hingga saat ini tidak ada yang tahu pasti tanggal berdirinya UNIKAHIDHA. Yang terdeteksi hanya bulannya saja, yaitu bulan November.

Setelah melalui proses yang oanjang, rumit dan sangat melelahkan, akhirnya pada tahun 1994, UNIKAHIDHA punya yang namanya secretariat. Akan tetapi, ruangannya tidak begitu luas karena harus berbagi dengan UNITAS lain. Adapun letak sekretariatnya di Sekber lantai 2 kav 20. Pada tahun 1998, dengan semangat’45, berhasil menguarai penuh serta sedikit demi sedikit mengadakan perbaikan disana-sini hingga sekber seperti sekarang ini.

Walaupun UNIKAHIDHA notabene adalah organisasi, namun hal itu ga’ pernah tercermin dalam perilaku kesehariannya selama ini. Nuansa Inkosistensi sangat diikuti juga dengan penggantian kebijakan. Sehingga tercetus ide untuk membentuk UNIKAHIDHA yang selama ini tedak pernah jelas.

Seiring dengan bubarnya Senat pada tahun 1998, terbuka peluang untuk tiap unitas memperoleh otonomi seluas-luasnya. Namun ide itu baru terealisasi 2 tahun kemudian, setelah “ribut-ribut” mengenai referendum, atas inisiatif segelintir Founding Father yang menyebutnya sebagai Panitia Kecil. Tak terlepas juga dari peranan Ketua UNIKAHIDHA periode 1999/2000 yang menjabat saat itu, yaitu Bli Eddo Juniana. Dalam masa kepemimpinannya yang sangat “terbuka” terbentuk secara resmi AD/ART UNIKAHIDHA pada tahun 2000. AD/ART ini tebrntuk saat Musyawarah Umum Anggota Perdana yang diadakan di RKB (Ruang Kuliah Bersama). Untuk pertama kalinya terbentuk suatu pemerintahan di UNIKAHIDHA berdasarkan aturan yang jelas.

Kabinet millennium (2000/2001) yang dipimpin oleh I GM Wibawa JK, merupakan cabinet pertama yang mendapat kehormatan buat ngelakuin test-drive AD/ART yang baru plus sarat akan muatan reformasi. Oleh karena itu, tahun2000 merupakan salah satu tonggak sejarah yang penting dalam perjalanan UNIKAHIDHA, karena pada tahun inilah UNIKAHIDHA dilahirkan kembali sebagai suatu organisasi berdasarkan semangat intelektual, sosial dan religius. Yang namaya test-drive AD/ART tidak selalu berjalan mulus. Bukan ga’ mungkin pasal-pasal yang telah disepakati saat pembentukan AD/ART sudah benar-benar pas. Antara apa yang disepakati dan diharapkan dengan kenyataan saat diaplikasikan belum tentu menghasilkan suatu situasi yang sinergis, Hal ini barui terlihat saat kepengurusan 2000/2001 dijalankan.

Yang namanya test drive AD/ART tidak selalu berjalan mulus. Penerapannya sempat menimbulkan situasi yang tidak sinergis dengan harapan. Akhirnya AD/ART mengalami revisi untuk pertama kalinya pada MUA tahun 2001. MUA (Musyawarah Umum Anggota) merupakan ajang demokrasi tertinggi UNIKAHIDHA, di mana merupakan ajang penyaluran aspirasi anggota UNIKAHIDHA sekaligus pemilihan ketua baru UNIKAHIDHA untuk periode berikutnya. Pada saat itu I Wayan Wartama yang lebih akrab dipanggil “Alex” dipercaya untuk memimpin kepengurusan 2001/2002. Pada masa kepengurasan Alex, kembali tercetus ide untuk membentuk DPU (Dewan Perwakilan Unikahidha) dan penyusunan GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja). Namun pada MUA 2002, diputuskan bahwa untuk periode kepengurusan 2002/2003 DPU diuji cobakan terlebih dahulu. Apabila hasil uji coba dirasa bagus, maka dilanjutkan untuk periode selanjutnya. Pada saat itu yang terpilih menjadi Ketua DPU adalah I Gede PY, sedangkan kepengurusan UNIKAHIDHA periode 2002/2003 dipimpin oleh Kadek Ferry Gunawan.

Kepengurusan Kadek Ferry Gunawan beberapa kali mendapatkan sandungan. Walupun demikian, semua program kerja yang telah dicanangkan dapat diselesaikan dengan baik, hingga MUA 2003 lalu. Pada MUA 2003, DPU ditetapkan untuk dijalankan lagi dengan aturan yang lebih jelas dan di sahkan dalam MUA. MUA 2003 ini sempat mengalami ketegangan saat membahas aturan mengenai pengunduran diri pengurus inti, hingga memakan waktu yang cukup lama. Pada MUA 2003 ini diputuskan I Wayan Praja Murdana sebagai Ketua UNIKAHIDHA periode 2003/2004. Suasana baru dalam kepengurusan I Wayan Praja Murdana mulai terasa walaupun ada beberapa hambatan kecil, program kerja dapat dilaksanakan dengan lancar, hingga akhirnya terlaksana MUA 2004 yang memutuskan I Komang Antara sebagai ketua Unikahidha peiode 2004/2005. Masa kepengurusan komang hamper semua program terlaksana. Pada MUA 2005 yang lalu, terjadi insiden yang tidak terduga dapat dilakukan beberapa “arek” Unikahidha. Hal ini dipicu oleh pengunduran salah satu calon ketua yang mengudurkan diri. Saat itu suasana benar-benar memanas, seakan kita semua bukan dari satu naungan organisasi. Akan tetapi, MUA yang dilakukan selama 2 hari akhirnya dapat diselesaikan juga. Pada MUA kali ini juga terbentuk team pembuat website yang akan dicobakan bergabung dengan b-team pada kepengurusan 2005/2006. Walaupun sempat memanas, akhirnya terpilih juga ketua UNIKAHIDHA yang baru periode 2005/2006, yaitu Ida Bagus Mahendra. Semoga dimasa kepengurusan ini, terjadi perubahan yang menuju kebaikan UNIKAHIDHA.

Unikahidha

Om Swastyastu,
UNIKAHIDHA merupakan singkatan dari Unit Aktivitas Kerohanian Hindu Dharma. Unitas ini terletak di Sekretariat Bersama lantai 2 Kavling 20 Malang. Unikahidha didirikan pada bulan November dengan tahun yang tak terdeteksi. pada tahun 1994, Unikahidha mempunyai yang namanya sekretariat. Unikahidha merupakan tempat berkumpulnya anak-anak Hindhu Universitas Brawijaya Malang.


Lambang Unikahidha :
1. Ong kara : Aksara suci dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan YME
2. Buku dan Pena : Intelektual kemahasiswaan.
3. Swastika : lambang Kebenaran

Unikahidha memiliki struktur organisasi yang terdiri dari Pengurus Inti, BSI Penerbitan, BSI Olah Raga, Departemen PSDM, Departemen Kesekretariatan, dan Departemen Humas.
Pada website ini terdapat informasi tentang Unikahidha, sebagai wadah mahasiswa Hindu Universitas Brawijaya. Selain itu kami juga menyediakan informasi tentang Kota Malang, tempat Unikahidha berdiri dan beraktivitas.